Senin, 14 November 2011

Band Keren yang tak Dikenal bagian 3 (Manggung Perdana neeh)

Matahari bersinar tidak terlalu terik dan seperti biasa gw juga sudah melakukan setoran di kamar mandi. Gw memasuki gerbang sekolah berwarna hitam yang menjulang setinggi kurang lebih 2 meter.

Dari dalam tampak pemandangan sebuah panggung yang besarnya setengah ruang kelas gw, dengan hiasan khas anak SMA yang ngejreng , agak norak dan konsepnya ngga jelas, ditambah dengan alat-alat musik yang disewa dari studio musik terdekat membuat pemandangan di lapangan sekolah gw nampak berbeda. Panggung yang dalam beberapa jam kedepan akan gw warnai dengan permainan drumm gw terlihat begitu menantang dan menggairahkan (jadi kayak artikel 17 tahun).........

Sambil menyeka keringat di dahi gw, merapikan seragam, gw pun disambut oleh senyuman pak Tafsir sang satpam sekolah yang berbadan gendut dan berkumis tebal ala pak raden. Daripada manusia pada umumnya, sosok pak Tafsir lebih menyerupai Mario Bros dengan badan gendut dan sekumpulan semut hitam yang berbaris, bertumpuk-tumpukan, berjabat tangandan kawin di atas bibir pak Tafsir hingga nyaris tak terlihat. (koq bahasanya jadi kayak novel ya..)

“elo jalan dari bates ya?” tanya pak Tafsir mencoba akrab dengan gw..
“eh, iya pak pemanasan buat ntar manggung” jawab gw santai, walaupun sebenarnya gw capek dan emang gw jalan karena ngirit ongkos angkot.

Gw dan teman-teman yang lain memang terkadang jalan kaki dari bates (batas kota Tangerang dengan Jakarta)sampai sekolah, jaraknya kurang lebih 1,5 kilo. Tapi memang anak-anak sekolah gw terbiasa jalan jauh, anak SMA 63 memang telah teruji ketahanan tubuh dan mentalnya, sesuai dengan sebutan sekolah gw “MODERAT” yang kata guru sejarah gw adalah singkatan dari MOdal DEngkul dan uRAT........

Tiap sekolah emang biasanya punya nama-nama populer untuk sekolahnya, terusterang gw ngga tau yang kayak gitu mulai sejak kapan dan buat apa... seperti waktu gw SMP. Gw sekolah di SMP 11 yang nama ngetopnya FALS, dulu gw pikir kenapa disebut FALS adalah karena ini sekolahnya bang Iwan Fals, atau mungkin paduan suaranya terkenal memiliki suara yang fals.

Belakangan gw ketahui kalau FALS adalah singkatan dari Federasi Anak Liar Sebelas yang bila ditelaah artinya, atau malah ngga usah ditelaah artinya udah kayak nama geng motor yang anggotanya tuyul-tuyul yang belom di susuin.

Lalu ada juga SALITI, atau SAtu LIma TIga, DUPAL atau DUa emPAt Lima (singkatannya ngga bener tapi mendingan) ataupun yang singkatannya dengan kepanjangannya sama sekali ngga nyambung kayak SMP 206 dengan nama beken “DONAL”...

Tanpa bermaksud menjelek-jelekkan sekolah tersebut, tapi dari singkatannya yang ngaco, aneh, dan kelewatan, pasti senior mereka pelajaran bahasa Indonesianya sekualitas dengan turis bule. Sekarangpun adik-adik kelasnya masih tetap mengenang jasa para senior bule mereka..... saran gw sih mending diganti aja jadi DONA (Dua nOl eNAm) ,kan bakalan lebih sexy hehehe...

Balik lagi ke masa SMA gw...

Acara sudah dimulai, gw berkumpul dengan anak-anak GUGAD untuk sekedar membahas bagaimana penampilan kita nanti di atas panggung.
Gw jadi ingat, beberapa hari sebelumnya, gw, Zaenudin dan beberapa teman dari band lain ikut rapat di ruang guru untuk membahas tentang segala sesuatu yang berkutat dengan pensi.

“lagu apa yang mau dibawaain?” tanya pak Harno guru Ekonomi matrik sekaligus panitia pensi kepada kita semua.
“Hitam pak” jawab Zaenudin sebagai perwakilan band GUGAD
“lagunya siapa itu?” tanya pak Harno
“PADI pak” jawab gw...
“Kalo kalian?” tanya pak Harno sambil menunjuk ke arah perwakilan band yang lainnya.
“Bendera” jawab perwakilan band lain yang langsung dipotong oleh pak Harno
“Ibu Sud” sahut pak Harno dengan percaya diri namun tak bertanggung jawab....
“bukan pak, Bndera nya band Coklat” perwakilan lain mencoba meluruskan
“oh kalo zaman saya itu Ibu Sud” jawab pak Harno sambil cengar-cengir.

Pak Harno memang dikenal guru yang baik dan suka melucu, hanya sangat disayangkan kalau dia sama sekali ngga ada bakat untuk ngelucu.
Suasana di kelas sunyi, sepi sedu sedan dan sangat membosankan ketika pak Harno sedang mengajar. Saking membosankannya pernah ada teman gw yang minta izin buang air kecil dan ngga balik lagi ke kelas, bahkan yang paling sadis adalah seorang teman gw yang malah ikut pelajaran olahraga ketika pelajaran pak Harno (perbuatan tersebut jangan ditiru).

Sosok pak Harno ini memang ngga menakutkan sama sekali, malah mmungkin cenderung ngegemesin dan unyu unyu.. Badannya kecil dan sedikit gemuk, wajahnya yang ngga meyakinkan juga langkahnya yang pendek-pendek ketika berjalan membuatnya seperti tokoh Bagong ukuran mini dalam kisah Punakawan di dunia perwayangan.
Saking jayusnya lelucon pak Harno, dibutuhkan 10 detik untuk para murid menelaah leluconnya yang sisi kelucuannya adalah ke sepenuh hatian beliau dalam melontarkan leluconnya yang sama sekali ngga lucu... Tapi oke lah niat baiknya perlu diacungin dua jempol... kaki...

Pesan untuk pak Harno, semoga bisa menjadi orang yang lebih lucu untuk kedepannya...

Balik lagi ke pensi..

Tiba saat nya kami naik panggung setelah kurang lebih 7 jam menunggu. Sujatmiko dan Anank terlebih dulu naik ke atas panggung, disusul Nur Shobi, Zaenudin dan yang terakhir gw. Para penonton yang terdiri dari murid dan guru nampak memperhatikan kita, mereka tampak tidak banyak berkomentar melihat kita. Cuaca memang terlihat mendung dan semakin gelap, membuat udara menjadi lebih sejuk dan membuat suasana menjadi syahdu dengan angin dingin yang mulai menggelitik kulit tiap insan yang saat itu berada di lingkungan SMU 63.

Nur Shobi mulai mengutak-atik gitar, begitu juga Anank dan Sujat, sambil mereka bertiga menyamakan nada, Zaenudin pun sedikit memberikan sambutan kepada para penonton. Sedangkan gw sedikit memukul-mukul set drum yang ada di depan gw dengan pelan agar tidak mengganggu teman yang lain dengan suara drum gw. Ini kedua kalinya gw manggung di dalam hidup gw. Yang pertama gw manggung, adalah sebagai aditional drummer untuk BAHAX band. Band teman gw yang juga ikut audisi di Eros studio namun ngga lolos..coba drummernya gw..hehehe...

“Lagu pertama, Ketakjuban dari PADI” Zaenudin mengumumkan sambil menganggukkan kepala memberikan tanda untuk kami memulai. Disambung oleh ketukan satu sampai empat dari gw...

Intro kami mainkan dengan tempo yang sedikit lebih cepat dari lagu aslinya.. lalu Zaenudin mulai bernyanyi dengan suara andalannya (yang setengah nada lebih rendah dari musiknya).
Kami sudah diatas panggung, kesalahan-kesalahan yang terjadi tidak terlalu kami perdulikan, because show must go on. Walaupun hujan turun dan semakin deras, para penonton yang berlarian mencari tempat berteduh kami tidak perduli, musik yang kami mainkan masih bisa terdengar oleh dunia... Semoga kelak GUGAD band bisa dipekerjakan pemenrintah untuk memanggil hujan di dareah kekeringan.

“Ku tau kau memiliki segalanya, yang mampu menaklukkan hatiku
Sebenarnya ku tak pernah mengenalmu
apa mungkin kau sungguh hadir untuk
Membebaskan aku.. selamatkan akuuuuuuuuuuuuuu...”
Dan tiba-tiba listrik padam, suara musik tidak lagi terdngar.. hanya dentuman drum gw yang berbunyi di antara suara rintihan hujan yang hot.
Kami disuruh turun dari panggung. Sujat, Shobi , Anank dan Zaenudin pun bergegas turun setelah meletakkan kembali alat musik di tempatnya semula, namun gw terus saja melanjutkan permainan gw.. layaknya pemain drum yang profesional, gw melakukan solo drum.

Dengan semangat membara (padahal kalo diinget-inget ketukannya gembel banget) gw tetap melanjutkan permainan soloist gw yang dahsyat jeleknya. Dalam bayangan gw saat itu gw pasti terlihat keren.. sampai tiba-tiba gw ditimpuk kardus sama mas-mas teknisi..

“woy udah, sini lo turun!” mas-mas teknisi meneriaki gw untuk segera turun dari panggung...

Gw cuek..

Sandal melayang melewati samping gw, nyaris mengenai kepala gw...

Gw pun turun sambil menahan kekesalan, dan menahan tangan gw agar tidak melayangkan tinju ke mas-mas teknisi...

“Udah, sabar Ran” teman gw Dodi mencoba menenangkan gw.
“Ia ini sabar, namanya juga hujan, mau nyalahin siapa?” jawab gw dengan perasaan kecewa namun tetap cool, smart dan gaul.

Walaupun hanya ¼ lagu yang bisa kami tampilkan, tapi meninggalkan kesan yang mendalam.. bagi gw yang terpenting bukan manggung, tapi proses yang dilewati, juga kebersamaan gw dengan teman-teman GUGAD lah yang mmembuat semuanya menjadi indah. Lagipula pas acara pensi itu gw udah 2 kali bolak-balik naik ke atas panggung untuk ikut games dan mendapatkan hadiah.

Dan dari kejadian tersebut, gw mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Manusia boleh berencana, namun Tuhanlah yang menentukan. Dan satu lagi, kalo ditimpuk kardus, lo harus menghindar...
................................................................

Berikut adalah anak-anak terGUGAD

Dari kiri ke kanan (jas hitam): Nur Shobi, Zaebudin, Hamonangan, Sujatmiko
Yang beda sendiri : Gw..(Randy Nurdika)