Gw mempunyai seorang sepupu bernama Aji yang notabanenya adalah siswa kelas 3 SMA (kelas 12), belakangan ini dia dan sepupu gw yang satunya lagi yg bernama Adit, seorang mahasiswa baru di sebuah perguruan tinggi paling ternama di Indonesia, mempunyai topik tentang berbagai macam tes untuk bisa masuk ke perguruan tinggi.
Hampir setiap mereka bertatap muka, lontaran kata berisi singkatan-singkatan dari tes masuk universitas seperti SPMB, UM, UMT,UPM, SIMAK, atau pun jumlah biaya, yang bertebaran disekliling mereka.
Adit : ji, lo tau ngga, rasa pedas itu sebenarnya ngga ada loh, itu seperti kulit kita kalo digaruk. Lo tau ngga Purwokerto itu masuk ke dalam 10 besar kota terkorup loh di Indonesia
Aji : talk to my hand!
Ngga gitu juga sih, lagian gw yang ada di sana ngga ngerti, gw hanya mampu mendengar, memasang tampang cool dan berkata dalam hati, “so what gitu loh kalo ujung-ujungnya lo bakal berniat jadi karyawan setelah lulus nanti”.
Satu hal yang selalu gw pikirkan pada saat seumuran Aji hanyalah jurusan apa yang ngga ada pelajaran matematikanya, gw ngga terlalu perduli sama perguruan tinggi bagus, toh dalam pikiran gw saat itu ilmu bisa di dapet dari tempat yang kumuh dan busuk sekalipun.
Pemikiran gw tentang perguruan tinggi bagus atau ngga bagus semakin lama semakin berubah seiring dengan perubahan gw menjadi manusia serigala sekarang. Berawal dari gw yang menemukan jurusan yang gw kira tepat dengan apa yang gw inginkan selama ini, Desain Komunikasi Visual, sebuah jurusan yang namanya ribet.
Desain Komunikasi Visual (DKV), banyak juga yang menyebutnya dengan Desain Grafis atau apalah, yang gw pikirkan tentang jurusan itu adalah pelajaran tentang menggambar dan yang penting ngga ada matematika yang gw benci.
Berhubung gw anak yang ngga gaul abiz dan berwawasan tidak luas, nyokap gw lah yang menemukan dan mempromosikan jurusan yg namanya ribet ini sama gw, setelah itu di mulailah pencarian perguruan tinggi yang ada jurusan DKVnya, dan saat itu gw tertarik untuk masuk ke DKV ITB.
Demi memenuhi keinginan gw, gw ikut perguruan menggambar untuk memperdalam ilmu gambar-menggambar gw guna masuk ITB, disana gw dibimbing menggunakan jurus-jurus ampuh sebgai bekal untuk ujian masuk khusus ITB.
Setelah hampir satu semester gw memperdalam ilmu, tibalah hari dimana gw harus menghadapi ujian tersebut. Ujian tersebut dilaksanakan di gedung Sasana Budaya Ghanesa (SABUGA) Bandung, gw kesana bersama rombongan teman seperguruan gw, dan kita pun bersenang-senang di Bandung, LOH!..
Kalo gw inget-inget sekarang, suasana ujian waktu itu mirip seperti ujian chunin tahap pertama di komik Naruto. Saat itu gw mengeluarkan jurus-jurus andalan gw, gw berharap gw bisa lulus ujian tersebut dan bisa meningkatkan gengsi gw dengan masuk perguruan tinggi ITB.
Untung tak dapat dirah, malang tak dapat dihindari, gw gagal masuk ITB, dan sekarang gw harus terlantar di kampus swasta yang lumayan sering masuk tv karena mahasiswanya suka tawuran dengan kampus tetangganya, kita sebut saja kampus X.
Di kampus x, gw adalah angkatan pertama di jurusan DKV dan mungkin termasuk sepuluh besar orang pertama yang mendaftar di jurusan DKV (sungguh tak dapat dibanggakan). Tahun- tahun pertama gw dan teman-teman satu kampus gw jalani dengan penuh perjuangan yang menguras pikiran dan uang. Dari adanya beberapa dosen yang jarang masuk, gosip tentang DKV kampus x yang akan dibubarkan, tugas yang mengkondisikan mata gw terjaga 24 jam, uang yang terbuang untuk balik-bolak ngeprint A3, gw yang merasa ketipu karena udah beli kamera SLR analog, gw yang dikatain alien sama dosen, gebetan gw yang di rebut temen, gw yang nabrak pintu kaca di lobi, ataupun hal-hal diluar kegiatan akademis yang membuat gw dan teman-teman menderita.
Tak terasa sudah hampir 7 tahun gw beranaung di bawah almamater kampus x, sekarang gw sudah mulai mengerjakan Tugas Akhir (TA), dan gw merasa penderitaan gw yang sesungguhnya terjadi pada saat ini,dimana gw harus bolak-balik revisi, ngeprint, mencari teori-teori ciptaan orang, dan memacu otak gw yang hampir jebol ini untuk terus kreatif.
GW HARUS KREATIF!. Gw harus kreatif memikirkan alasan apa yang akan gw gunakan apabila ditanya oleh orang “udah lulus belom?”
Sodara : Udah lulus belom?
Gw : Beloman nih..hhehehe
Sodara : koq lama?
Gw : iya nih, bentar lagi koq..
3 bulan kemudian
Sodara : Gimana, udah lulus?
Gw : Beloman..hehehe..
Sodara : koq lama?
Gw : iya nih, waktu itu aku sempet koma selama 2 bulan..
Entah hanya di kampus x, atau di semua kampus yang ada jurusan DKV nya seperti ini? satu semester dibutuhkan hanya untuk ngebahas judul (kisah nyata beberapa teman gw), satu semester hanya untuk revisi bab 3 (kisah nyata teman gw), dan 5 tahun kuliah tak kunjung punya pacar (kisah nyata gw), harus berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk gw dan teman-teman lulus dari kampus tercinta ini?
Oleh karena itu, cita-cita jangka pendek gw adalah gw bisa wisuda dan keluar dari kampus tercinta ini.
Omong-omong, owner dari nasi goreng alif sudah mengetahui eksistensi blog gw ini, hehehe....
Gw jadi ngerasa ngga enak sama beliau, tapi biar aja, beliau juga harus mengetahui kenyataan yang ada disekitar kita, loh loh loh...
Yang terpenting adalah, semoga kualitas dan kuantitas nasi goreng alif semakin baik dan gw harap nasi goreng alif dapat mempersatukan kita semua.
Menurut gw bukan masalah enak dan ngga enak, tapi suka dan ngga suka (selera).
Semoga kita bisa lebih bijak dalam menyikapi segala sesuatu, dan menonton sinetron Indonesia dengan sewajarnya.

Randy Reyga dan Reygi yg misterius

Randy dan Adimar di Musola

Randy dan Brangkatz band

Randy dan teman-teman di food court

Randy dan teman-teman di dalam kelas

Randy dan teman-teman di perpus

dari kiri ke kanan: Seto Buje, Asep Sayipuloh, Randy Nurdika, Reza Neno