Ada yang inget iklan Antimo gak? Itu loh,obat anti mabuk yg kenyataannya gak bisa menghalangi kita dari mabuk karena cinta.
Dalam bepergian jarak jauh menggunakan kendaraan seperti mobil, pesawat ataupun kapal, ada baiknya kita meminum obat anti mabuk. Selain itu untuk mencegah mabuk saat diperjalanan, kabarnya obat ini akan sangat memabukan apabila di minum dengan soda, dan mematikan apabila obat itu diminum dengan racun serangga.
Bytheway, akhir tahun 2011 lalu, gw terdampar selama 20 hari di Kalimantan, disana gw sempat mampir ke daerah yang bernama Nunukan yang terletak di Kaltim.
Untuk menuju ke Nunukan, dari tempat gw menetap di Samarinda ditempuuh selama kurang lebih 7 jam perjalanan menggunakan 3 jalur transportasi, Darat, udara dan laut (ditambah api jadi avatar deh gw)
Sebenarnya dari Samarinda ke Nunukan bisa dicapai hanya dengan satu kali naik pesawat. Dari bandara Temindung Samarinda langsung ke Nunukan menggunakan pesawat kecil, namun saat gw coba mencari tiket, gw sudah kehabisan karena pada saat itu sudah mendekati hari Natal sehingga banyak sulit mendapatkan tiket.
Bertepatan dengan tanggal 24 Desember, gw berangkat menuju Nunukan. Dari kontrakan gw di Samarinda jam 2 pagi naik mobil travel. Perjalanan menuju Bandara sepinggan Balikpapan ditempuh dalam waktu kurang lebih 4 jam perjalanan. Karena pada saat itu masih gelap dan gw ngantuk, gw lebih memilih tidur dan bertemu Anisa Cherrybelle dalam mimpi (beruntung si Anisa karena gw gak mimpi dia).
Sampai di Sepinggan jam 6, pesawat gw baru boarding jam 9 dan artinya gw masih sempet bobo cantik mandi imut, gosok gigi oye, ee ganteng, dan sarapan unyu di bandara... Saat itu gw merasa bandara ini sudah menjadi tempat bermain gw, kursi-kursinya menjadi springbed (lebih tepatnya wirebed), menjadi rumah kedua gw dan pokoknya my airport sweet airport.
Pesawat tiba tepat waktu dan gw berangkat menuju kota Tarakan sebelum nantinya gw akan naik speed boat menuju Nunukan.
Perjalanan dengan speed boat ditemmpuh dalam waktu kurang lebih 2 jam dari pelabuhan speed boat di Tarakan, dan ini ke dua kalinya gw naik kapal untuk menyebrangi pulau, speedboat yang gw tumpangi ini memang cukup keren, pake AC dan ada TV di dalamnya, pokoknya mirip speedboat dalam film-film James Bond, bedanya Cuma speed boat yg gw tumpangi lebih mirip pasar malem, ada musik dangdut, dan bau balsem nenek-nenek.
Cuaca saat itu nampak mendung, langit gelap dan gak lama setelah suara gemuruh di langit turunlah hujan yang sangat deras. Hujan membuat suasana mencekam di dalam kapal. Lagu dangdut dimatikan dan bau balsem semakin menyengat. Gw mencoba tidur, tapi guncangan kapal membuat gw tetap terjaga, baru kali ini gw berada di dalam kapal yang sedang diterjang badai, gw rasa sebentar lagi dewa Poseidon akan muncul dan menculik gw.
Ini sama sekali ngga kayak di film James Bond, ini lebih mirip film Titanic, dan gw berperan sebagai Leonardo Dicaprio versi berpacaran dengan Tasya si gembala sapi yang tidak takut gelap.
Dalam keadaan seperti ini, gw pikir ada baiknya untuk menyiapkan plastik untuk menyimpan hape jikalau kapal yang gw tumpangi tenggelam hape gw tidak kebasahan agar nantinya gw bisa ngehubungi nyokap buat bayar hutang-hutang gw, dan nanti kalopun gw selamat hutang gw sudah lunas semua dengan syarat kalo gw beneran bisa telpon di tengah laut.
Saat itu, suasana di dalam kapal terasa hening dan suram, gw melihat ke orang di sebalh gw. Mukanya menampakan ketabahan dalam kediamannya, gw berharap dia sudah minum antimo dan gak akan muntah di sebelah gw. Karena bakalan ajaib baunya kalo bau balsem berkolaborasi dengan bau muntah, efeknya mungkin akan lebih dahsyat dari bom atom (kentut).
Disaat seperti ini, selain nahkoda dan awak kapalnya, hanya Tuhan yang bisa diandalkan. Udah pasti saat itu gw berdoa demi keselamatan gw, demi orang yang gw cintai dan demi Baim si anak soleh agar dia cepat dijemput oleh yang maha kuasa.
Para penumpang yang lain juga terlihat khusyu, ada yang mendengarkan musik, tidur (hebat nih bisa tidur, pasti seorang pelaut), dan ada juga yang melihat ke arah hape untuk mungkin membaca sms yg sudah dibaca sebelumnya. Gw sendiri sibuk memperhatikan mereka sambil berharap ada orang terzolimi yang ikut berdoa agar kapalnya tidak tenggelam.
Doa gw pun sepertinya dikabulkan... Entah gw ketiduran, pingsan atau dibius lalu di grepe-grepe lalu di perkosa dan dikembalikan ke posisi semula seolah-olah tidak terjadi apa-apa, gw menemukan diri gw terbangun di kursi yang dari tadi gw tempati. Terliha dari jendela kapal kondisi di luar kapal masih hujan. Samar-samar terlihat dari kejauhan sebuah pelabuhan yg kecil.... Sepertinya gw sudah sampai di Nunukan, dan gw sadar sat ini gw berada jauh dari keluarga, saudara dan teman-teman, hanya pada Mu Tuhan tempatku berharap.
Jadi kapal aja ganteng banget (DC 10)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar