Karena kwitansi yang ditulis oleh si botak otak-otak penjaga studio musik, nama band gw sekarang berubah menjadi GUGAD band.. Dibandingkan nama yang lama “KUUGA”, nama GUGAD terdengar lebih aneh, namun lebih aneh lagi adalah para personilnya yang setuju untuk memakai nama GUGAD untuk band.
Apabila ada orang yang bertanya apa arti nama GUGAD, mungkin kami akan menjawabnya “apalah arti sebuah nama?”..
Memang nama tidaklah penting bagi kita, karena bagi kita yang terpenting adalah kita bisa bermain musik. (sekeras apapun gw berfikir, gw ngga berhasil menemukan kaitan band gw dengan nama GUGAD).
Selama hampir 2 tahun gw bermusik, tiba saatnya kredibilitas gw dan band gw diuji. Pensi sekaligus perpisahan kelas 3 akan diadakan. Sebulan sebelum acara pensi, diadakan audisi band. Audisi tersebut dimaksudkan untuk menyaring band-band yang kiranya pantas untuk tampil di acara pensi dan perpisahan kelas 3. Gw dan anak-anak GUGAD yang belum pernah manggung menyambut dengan antusias selangit audisi tersebut.
Audisi diadakan di Eros studio, studio yang gosipnya punya mak eros itu terletak di dekat sekolah gw. Audisi diikuti oleh banyak band dari sekolah gw, mulai dari kelas 1 sampai kelas 3 dan dilaksanakan pada siang hari setelah pulang sekolah.
Pada hari audisi dilaksanakan, sepulang sekolah gw dan anak-anak GUGAD menuju studio dengan berjakan kaki, dalam perjalanan kami membahas strategi yang akan kami gunakan untuk audisi (strateginya adalah, culik jurinya dan sodomi).
Sesampainya di Eros studio, terlihat wajah-wajah familiar anak-anak sekolah gw yang sedang menunggu giliran untuk audisi. Karena tempat untuk menunggunya dipenuhi teman-teman band yang lain, gw dan GUGAD pun terpaksa duduk (lebih tepatnya nongkrong) di dekat tangga tepat disamping rak sepatu, mungkin saat itu seharusnya gw buka jasa penitipan sepatu. Anak-anak GUGAD memang bukan termasuk anak-anak yang gaul, kita lebih senang digauli.
Saat itu kami memang terlihat mrip dengan remaja-remaja galau yang siap mengembat sepatu peserta audisi lain.
Saat-saat menunggu kami manfaatkan untuk memperhatikan teman-teman yang keluar dari dalam studio, melihat ekspresi mereka sambil kita mengira-ngira apa yang telah mereka alami saat audisi, ekspresi puas mereka, kelelahan mereka, dan senyuman mereka setelah keluar studio (sebenarnya apa yang mereka lakukan di dalam studio?). Tapi yang menarik adalah ketika ada seorang teman gw yang keluar dari studio dengan tangannya yang berdarah sam bil diiringi omelan khas anak SMA.
“iih kenapa tuh?” tanya gw kepada Anank
“ngga tau, mungkin lupa ngerjain PR” jawab Anank seenaknya.
“bisa jadi, terus habis itu disodomi sama jurinya” balas gw makin ngelantur.
Belakangan gw ketahui kalau teman gw itu, memukul cymbal dengan tangan kosong karena tidak puas dengan komentar juri sehingga mengakibatkan tangannya terluka (itulah akibatnya kalau keseringan onani, otak jadi kopong).
Tiba saat nama band kami dipanggil “GUGAD!”
“hah, GUGAD, apanya yang mau di GUGAD?” terdengar celotehan yang sepertinya masih ngga percaya kalau GUGAD adalah nama band. Nama GUGAD memang seringkali menjadi bahan ledekan dan mungkin juga bahan makanan oleh orang-orang, tapi gw dan band gw memang sudah harus siap apabila terjadi hal seperti itu. Kamipun hanya bisa tersenyum dan merasa betapa kreaatip nya kami memakai nama GUGAD... tapi balik lagi dengan prinsip kita “apalah arti sebuah nama”.
Saat proses audisi, kami memainkan “Hitam”nya Padi
“Ooo ceritakanlah padaku apa yang mengeruhkan hati dan jiwaku” Zaenudin bernyanyi dengan penuh semangat, manly style, dan tak lupa vokal andalannya yang nadanya setengah lebih rendah dari musik yang sedang dimainkan.
Anank dengan gaya statis ala robot gedek menghajar senar-senar yang berkarat, terlihat sangat mahir, seperti saat ia memain kan dingdong koin cepek, suara yang terdengar memekakan telinga pendengarnya.
Shobi dengan perhitungan matematisnya dan Sujat dengan betotan kampret makan sawo andalannya mengeluarkan gelombang ultrasonik yang memilukan hati para juri.
Gw sendiri yang sudah biasa gebukin adik gw dengan sepenuh hati dan tanpa keraguan, melakukan hal yang sama dengan satu set drumm yang ada di depan gw..
Saat itu kamu terasa seperti sebuah keluarga, satu rasa, satu kesatuan, satu visi, misi dan satu jenis kelamin (jadi kayak hommo gini). Belum selesai satu lagu, juri sudah bertepuk tangan, memang pada lagu Hitam ada bagian semua nya berhenti, menundukkan kepala dan mengheningkan cipta sejenak.
“Belum selesai lagunya” sahut Shobi
“ooh yasudah dilanjutkan lagi” jawab juri sambil sedikit tertawa ringan. (ketahwan banget jurinya ngga up to date tentang musik).
Walau ada sedikit kesalah pahaman ngga penting, gw puas dengan apa yang gw dan teman-teman tampilkan tadi setelah selesai audisi.
“gimana nank?” tanya Raga, teman sekelas anank yang band nya ikut audisi juga
“oke, Cuma tadi diberhentiin di tengah lagu”
“wah, semoga lolos deh” dengan sedikit tertawa ringan Raga dan yang lainnya mencoba menghibur, menurut gw Raga dan teman-temannya mengira kalau band gw ngga akan lolos. Sebenernya kita ngga perlu dihibur, karena penampilan kami tadi sangat keren (menurut gw), saking kerennya juri udah ngga sabar tepuk tangan, untung saat itu ngga ada pacar gw, kalo ada pasti dia langsung bilang “Randy, gebukin aku dengan cintamu!”... Itulah yang sebenarnya terjadi (gw yakin).
Banyak yang bisa gw dapat dari audisi tersebut, gw jadi tau kalau latihan itu penting, gw jadi tau kalau band gw dipandang sebelah mata, gw jadi tau kalau jagain sepatu bisa dijadiin pekerjaan sampingan saat audisi, dan gw jadi tau kalau mukul cymbal itu harus pake stick drum.
Beberapa hari setelah audisi.
“Ran, GUGAD itu band nya Randy kan?” Suara garing dan agak sedikit cempreng terdengar memanggil nama gw, ternyata itu adalah teman sekelas gw yang bernama Dinda.
“iya, kenapa Dinda?” tanya gw. Saat itu gw senang sekali karena Dinda menanyakan hal itu, karena dulu gw suka banget sama Dinda.
“band Randy masuk 4 besar band yang lolos audisi kemarin. Jawab Dinda manja.
Langsung saja gw lari menghampiri mading dan melihat nama GUGAD terpampang diantara 4 besar band yang lolos audisi. Ibarat tertimpa buah duren dibelah Jupe, rasa tak percaya, senang namun kecewa karena ternyata tadi Dinda bukan mau nembak gw...
Merupakan prestasi yang membanggakan bagi band gw bisa lolos masuk 4 besar, benar-benar Alhamdulillah ya, sesuatu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar